Rabu, 20 Februari 2013

Terpaksa Menulis



Terpaksa Menulis

Di tanah rekah ini kami lahir sebentar saja...
            Panas! Aku menguatkan genggaman pada jemari ibu. Kerudung kualihkan menutupi muka, menghindari debu yang memeluk tubuh kami terlalu sering. Mattahari pun memberi cinta yang sangat banyak untuk tanah kami sedangkan air telah lama menghindar.
            Aku pun tak mengerti harus menulis apa yang aku tahu menulis saja karena tulisan kita pasti dibaca kendati tiada makna dan maksudnya. Sejak itu, ketika aku mulai membentuk paradigma seperti itu, aku malah lancar dalam menulis
            Ku menulis dan terus menulis di dalam ruangan gelap yang hanya diterangi sebuah lilin kecil. Ditemani dinginnya angin yang masuk melalui jendela kecil di depanku.
            Ketika sedang dengan serunya menulis, tiba-tiba ideku buntu. Ida awalnya ada tapi ternyata ide ketengah dan belakangnya blank. Karena sedang tidak ada ide aku memutuskan untuk berhenti menulis sejenak. Aku membuka laptopku yang berwarna hitam dan dia mulai menyalakannya. Aku mencolokkan modem dan headsetku, aku browsing sambil mendengarkan lagu
            Tiba-tiba ibu bangun dari tidurnya. Ibu dan aku sedang ada di resto PU.
            “Ibu udah bangun?”
            “udahlah nak, panas pisan euy Cikarang mah”
            “pusing ya bu?”
            “iya. Ketiduran disini. Cairan ibu kayak diserap matahari”
Sesaat kemudian aku dan ibu terdia. Ibu datang menghampiriku dan bertanya.  “sedang apa nak?”
“lagi liat fb temanku.” Bu, tadi lagi ndengerin lagu Audy yang judulnya “sahabat”. Ibu seolah tersenyum dan engelus punggung anaknya karena mengerti suasana hati anaknya yang sedang merindukan sahabat baiknya yang pergi keluar kota untuk melanjutkan sekolahnya.
“Instrumen Indonesia raya” Ah alarmku berbuny. “haiyak....jam 7, kelasnya Mr March” aku langsung bangun dari tempat tidurku. Ketika ku berdiri “tek” kulangsung kolaps, kemaren habis karate, badanku pegal-pegal.
Gagang pintu seperti telah kugenggam tapi angin yang memenuhi telapak tangan malah angin memawaku terbang keruang yang tak akrab denganku. Rasanya lelahku hilang. Gundahku pergi dan semuanya serba warni-warni. Hanya hamparan permen kini yang menghiasi duniaku
16 Februari 2013

1 komentar:

  1. that's the great short story that we've made together. . lanjutkan guyss!!

    BalasHapus