Terpaksa Menulis
Di tanah rekah ini kami lahir
sebentar saja...
Panas!
Aku menguatkan genggaman pada jemari ibu. Kerudung kualihkan menutupi muka,
menghindari debu yang memeluk tubuh kami terlalu sering. Mattahari pun memberi
cinta yang sangat banyak untuk tanah kami sedangkan air telah lama menghindar.
Aku
pun tak mengerti harus menulis apa yang aku tahu menulis saja karena tulisan
kita pasti dibaca kendati tiada makna dan maksudnya. Sejak itu, ketika aku
mulai membentuk paradigma seperti itu, aku malah lancar dalam menulis
Ku
menulis dan terus menulis di dalam ruangan gelap yang hanya diterangi sebuah
lilin kecil. Ditemani dinginnya angin yang masuk melalui jendela kecil di
depanku.
Ketika
sedang dengan serunya menulis, tiba-tiba ideku buntu. Ida awalnya ada tapi
ternyata ide ketengah dan belakangnya blank. Karena sedang tidak ada ide aku
memutuskan untuk berhenti menulis sejenak. Aku membuka laptopku yang berwarna
hitam dan dia mulai menyalakannya. Aku mencolokkan modem dan headsetku, aku
browsing sambil mendengarkan lagu
Tiba-tiba
ibu bangun dari tidurnya. Ibu dan aku sedang ada di resto PU.
“Ibu udah bangun?”
“udahlah nak, panas pisan euy Cikarang mah”
“pusing ya bu?”
“iya. Ketiduran disini. Cairan ibu kayak diserap matahari”
“Ibu udah bangun?”
“udahlah nak, panas pisan euy Cikarang mah”
“pusing ya bu?”
“iya. Ketiduran disini. Cairan ibu kayak diserap matahari”
Sesaat
kemudian aku dan ibu terdia. Ibu datang menghampiriku dan bertanya. “sedang apa nak?”
“lagi liat fb temanku.” Bu, tadi lagi ndengerin lagu Audy yang judulnya “sahabat”. Ibu seolah tersenyum dan engelus punggung anaknya karena mengerti suasana hati anaknya yang sedang merindukan sahabat baiknya yang pergi keluar kota untuk melanjutkan sekolahnya.
“lagi liat fb temanku.” Bu, tadi lagi ndengerin lagu Audy yang judulnya “sahabat”. Ibu seolah tersenyum dan engelus punggung anaknya karena mengerti suasana hati anaknya yang sedang merindukan sahabat baiknya yang pergi keluar kota untuk melanjutkan sekolahnya.
“Instrumen
Indonesia raya” Ah alarmku berbuny. “haiyak....jam 7, kelasnya Mr March” aku
langsung bangun dari tempat tidurku. Ketika ku berdiri “tek” kulangsung kolaps,
kemaren habis karate, badanku pegal-pegal.
Gagang
pintu seperti telah kugenggam tapi angin yang memenuhi telapak tangan malah
angin memawaku terbang keruang yang tak akrab denganku. Rasanya lelahku hilang.
Gundahku pergi dan semuanya serba warni-warni. Hanya hamparan permen kini yang
menghiasi duniaku
16 Februari 2013
that's the great short story that we've made together. . lanjutkan guyss!!
BalasHapus